PENGERTIAN
KALIMAT
Kalimat memiliki bermacam-macam
pengertian. Beberapa pengertian kalimat menurut para ahli :
-
Kalimat merupakan satuan bahasa yang
secara relative dapat berdiri-sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan
terdiri-dari ataus klausa (Cook, 1971;Elson dan Picket, 1969).
-
Kalimat adalah suatu bentuk linguistis,
yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan
suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955).
-
Di sisi lain, Lado (1968) mengatakan
bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap. Pendapat lado
dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa
kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu
pikiran yang lengkap.
Jadi
dari beberapa pengertian diatas dapat diartikan bahwa kalimat merupakan satuan
bahasa yang terdiri dari kata kata yang saling tergabung dan berkaitan secara
terstruktur sehingga menghasilkan suatu
pengertian, pola intonasi akhir dan dapat digunakan untuk mengekspresikan pendapat maupun pikiran.
UNSUR-UNSUR KALIMAT
Sebelumnya
dalam pengertian kalimat telah dijelaskan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa
yang dibentuk oleh kata-kata tergabung dan berkaitan. Kata-kata tresebut ada
yang berupa satuan kata dan ada pula yang berupa kelompok kata. Yang dimaksud
kelompok kata, mugkin berupa frase atau klausa. Dalam ragam bahasa lisan, di
samping terdiri atas kata-kata, kalimat dibentuk pula oleh intonasi, jedah,
nada dan tempo. Kita akan bahas satu persatu.
1. Kata
Sebagai contoh kalimat yang dibentuk oleh satuan kata, perhatikanlah kalimat-kalimat di atas :
Sebagai contoh kalimat yang dibentuk oleh satuan kata, perhatikanlah kalimat-kalimat di atas :
Pergi --> di bentuk oleh satu satuan kata
Ayah + Pergi --> dibentuk oleh dua satuan kata
contoh lainnya : (1) Kami membaca buku.
(2) Besok ibu memasak rendang.
2. Frase
Frase
ialah kelompok kata yang tidak melebihi batas fungsi. Pengertia ini digunakan
untuk membedakan frase dengan kalimat. Walaupun merupakan kelompok kata,frase
tidak mengandung fungsi subyek, predikat maupun fungsi-fungsi lainnya.
Kalimat :
Ayah pergi
S P
Terlambat
datangnya
S
P
Ibu
pergi ke kantor
S P
K
Frase :
Kepergian
ayah
Kedatangan yang terlambat
ke kantor
Kedatangan yang terlambat
ke kantor
Ciri-ciri
Frase :
a.
Dibentuk oleh dua kata atau lebih
b.
Tidak mengandung unsur subyek dan predikat, serta
c. Unsur-unsurnya masih
mempertahankan makna aslinya.
3. Klausa
Klausa
sebagaimana frase, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, sebuah klausa
merupakan kelompok kata yang terdiri atas subyek dan predikat, sedangkan frase
tidak. Klausa berbeda pula dengan kalimat, kallusa tidak mengandung unsur
intonasi. Klausa kedudukannya merupakan bagian dari suatu kalimat.
Kalimat
1. Hari ini akan hujan
2.
Besok pagi kakak akan pergi ke Jakarta dan ayah pergi ke Bandung
3.
Ketika pertandingan itu berlangsung mereka pergi keluar lapangan.
Klausa :
a.
Kakak akan pergi ke Jakarta
b.
Ayah pergi ke Bandung
c.
Pertandingan itu berlangsung
4. Intonasi,
Jeda, Nada, dan Tempo
a.
Intonasi
Intonasi ialah naik turunnya lagu
kalimat. Intonasi berfungsi sebagai pembentuk makna kalimt. Intonasi pada
kalimat berita, mendatar pada akhir kalimat, sedangkan pada kalimat tanya lebih
menaik. Sementara itu, pada kalimat perintah, baik itu pada awal maupun akhir
kalimat, intonasinya menaik (tinggi). Contoh :
1)
Pergi. (memberi kabar)
2) Pergi ? (bertanya)
3) Pergi ! (memerintah)
2) Pergi ? (bertanya)
3) Pergi ! (memerintah)
b.
Jeda
Jeda
ialah perhentian lagu kalimat. Jeda terbagi kedalam tiga jenis, yakni jeda
pendek, jeda sedang, dan jeda panjang. Jeda berfungsi untuk menandai
batas-batas satuan kalimat. Contoh :
1)Menurut
cerita/ adik ibu Yani itu guru yang pandai. (Yang pandai adiknya ibu Yani)
2)Menurut
cerita adik/ ibu Yani itu guru yang pandai. ( Yang pandai ibu Yani )
3)Menurut
cerita adik ibu/ Yani itu guru yang pandai. ( Yang pandai Yani )
4)Menurut
cerita adik ibu Yani/ itu guru yang pandai. ( Yang pandai seseorang )
c.
Nada
Nada
adalah tekanan tinggi rendahnya pengucapa suatu kata. Dalam hal ini, intonasi
berfungsi untuk memberi tekanan khususpada kata-kata tertentu. Tingggi
rendahnya nada dapat membedakan bagian kalimat yang satudengan bagian kalimat
lainnya yang tidak penting. Perhatikan contoh berikut :
1)
Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan Yanto )
2)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan menulis )
3)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan buku )
4)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan besok )
2)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan menulis )
3)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan buku )
4)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan besok )
d.
Tempo
Tempo
ialah cepat atau lambatnya pengucapan suatu bagian kalimat. Fungsinya hampir
sama dengan nada, yakni untuk mementingkan suatu bagian kalimat. Contoh :
Nama
saya A- d – a – m
Kata Adam diucapkan lebih lambat dengan maksud untuk menimbulkan kejelasan bagi pendengarnya.
Kata Adam diucapkan lebih lambat dengan maksud untuk menimbulkan kejelasan bagi pendengarnya.
CIRI-CIRI
UNSUR PEMBENTUK KALIMAT
1. Ciri-Ciri Subjek
Subjek adalah unsur
pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan
mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan
dapat terpelihara strukturnya.
¨
Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa
Penentuan subjek dapat
dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang
dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia,
biasanya digunakan kata tanya siapa.
¨
Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam
bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif,
biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama
orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak
disertai kata itu.
¨
Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif
kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya
adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga
merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan
kata adalah atau ialah.
¨
Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek
suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan
penghubungyang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
¨
Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului
preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada.
Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga
menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
¨
Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa
nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau
adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
2.
Ciri-Ciri Predikat
Predikat juga merupakan
unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus membicarakan
ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.
¨
Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna,
bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimanaadalah
predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat
digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong
(identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk
menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
¨ Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat
berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu
terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas
antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
¨
Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa
Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak.
Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang
berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda
predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang
berupa nomina atau predikat kata merupakan.
¨
Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang
berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang,belum,
dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva.
Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas,
kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak,
dan mau.
¨
Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat
dapat berupa:
- Kata, misalnya verba,
adjektiva, atau nomina.
- Frasa, misalnya frasa verbal,
frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
3.
Ciri-Ciri Objek
Unsur kalimat ini
bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang
sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat
yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-)
tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek
kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
¨
Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki
tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
¨
Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya
terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam
kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan
bentuk verba predikatnya.
¨
Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu
menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata
lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
¨
Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti
nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat
menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
4.
Ciri-Ciri Pelengkap
Pelengkap dan objek
memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
- Bersifat wajib ada karena melengkapi
makna verba predikat kalimat.
- Menempati posisi di belakang
predikat.
- Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak
pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika
terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek
kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
¨ Di
Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan
objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap
masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat
berikut.
a) Diah mengirimi saya buku
baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda
baru.
Unsur kalimat buku
baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap
dan tidak mendahului predikat.
¨
Tidak Didahului Preposisi
Seperti objek, pelengkap
tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut
keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
5.
Ciri-Ciri Keterangan
Keterangan
merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu
yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat,
waktu, cara, sebab, dan tujuan.
Keterangan
ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa
ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada,kepada, terhadap, tentang, oleh,
dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata
penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika,
dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
¨
Bukan Unsur Utama
Berbeda
dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur
tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat
wajib.
¨
Tidak Terikat Posisi
Di
dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan
tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di
antara subjek dan predikat.
¨
Jenis Keterangan
Keterangan
dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
·
Keterangan Waktu
Keterangan
waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata
adalah kata-kata yang menyatakan waktu,
seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang,
dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang
menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei,
dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat,
sesaat, sewaktu, dan ketika.
·
Keterangan Tempat
Keterangan
tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi,
seperti di, pada, dan dalam.
·
Keterangan Cara
Keterangan
cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara.
Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva.
Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh
kata denganatau secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa
anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
·
Keterangan Sebab
Keterangan
sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa
ditandai oleh kata karenaatau lantaran yang diikuti oleh nomina
atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor karena atau lantaran.
·
Keterangan Tujuan
Keterangan
ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa
ditandai oleh kata untuk ataudemi, sedangkan keterangan tujuan yang
berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar,
atau untuk.
·
Keterangan Aposisi
Keterangan
aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis,
keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.
Perhatikan
contoh berikut.
¨
Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
·
Keterangan Tambahan
Keterangan
tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari
keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang
diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang
diterangkan. Seperti contoh berikut.
¨
Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan
tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan
yaitu kata Siswanto.
·
Keterangan Pewatas
Keterangan
pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek,
keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan,
keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
¨
Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh
diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa,
melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
POLA-POLA
KALIMAT
Berdasarkan keterangan
sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang
berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan.
Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan
kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap.
Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam
delapan tipe.
- Kalimat dasar berpola SPOK
Kalimat dasar ini
mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan; subjek berupa nomina
atau frasa nomina, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau
frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
2.
Kalimat dasar berpola SPOPel
Tipe 2 itu adalah
kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap;
subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba dwitransitif,
objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa
nominal.
3.
Kalimat dasar berpola SPO
Tipe 3 ini mempunyai
unsur subjek, predikat, dan objek; subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
4.
Kalimat dasar berpola SPPel
Kalimat tipe 4 mempunyai
unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, kata sifat dan pelengkap berupa nomina
atau adjektiva.
5.
Kalimat dasar berpola SPK
Kalimat dasar ini
mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena
diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat
berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Contohnya
adalah kalimat berikut.
¨ Saya
berasal dari Palembang.
6.
Kalimat dasar berpola SP (P: Verba)
Tipe 6 itu adalah
kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina
atau frasa nominal dan predikat berupa verba intransitif, tidak ada objek,
pelengkap, ataupun keterangan yang wajib.
7.
Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)
Tipe 7 adalah kalimat
yang memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa
nominal dan predikat juga berupa nomina atau frasa nominal. Nomina predikat
biasanya mempunyai pengertian lebih luas daripada nomina subjek dan berupa
nomina penggolong (identifikasi).
8.
Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)
Kalimat ini memiliki
unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat
berupa adjektiva. Unsur pengisi predikat itulah yang membedakan tipe 8 dari
tipe 7 dan tipe 6.
JENIS-JENIS KALIMAT
1. Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu:
a.
Kalimat Langsung
Kalimat
langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat
langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari
orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua
(“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah. Contoh: Ibu
berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
b.
Kalimat Tak Langsung
Kalimat
tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau
perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan
tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita. Contoh: Ibu berkata
bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
2. Berdasarkan Jumlah Frasa
(Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu:
a.
Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu
subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana.
Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar
yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola
kalimat dasar yang dimaksud adalah:
* KB + KK (Kata Benda + Kata
Kerja)
Contoh:
Victoria bernyanyi
.
S P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh: Ika sangat rajin
.
S P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata
Bilangan)
Contoh: Masalahnya seribu satu.
.
S P
Kalimat tunggal dapat dibedakan
menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa
kata benda.
Contoh : Saya siswa kelas
VI.
2. Kalimat verbal adalah
kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh : Adik bernyanyi.
b.
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah
penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih dengan menggunakan kata
penghubung. Jenis-jenis kalimat majemuk :
1) Kalimat Majemuk Setara
Penggabungan dua kalimat atau lebih dari kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Contoh :
Ibu pergi ke pasar. (1)
Ayah berangkat ke kantor. (2)
Ibu pergi ke pasar sedangkan Ayah berangkat ke kantor.
2) Kalimat Majemuk Rapatan
Gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat, atau objeknya sama, maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh :
Hobinya adalah memasak. (1)
Hobinya adalah menjahit. (2)
Hobinya adalah membaca. (3)
Hobinya adalah memasak, menjahit, dan membaca.
1) Kalimat Majemuk Setara
Penggabungan dua kalimat atau lebih dari kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Contoh :
Ibu pergi ke pasar. (1)
Ayah berangkat ke kantor. (2)
Ibu pergi ke pasar sedangkan Ayah berangkat ke kantor.
2) Kalimat Majemuk Rapatan
Gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat, atau objeknya sama, maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh :
Hobinya adalah memasak. (1)
Hobinya adalah menjahit. (2)
Hobinya adalah membaca. (3)
Hobinya adalah memasak, menjahit, dan membaca.
3)Kalimat Majemuk
Bertingkat
Penggabungan dua kalimat atau lebih dari kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalamnya terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan sebagainya. Contoh : Tamu datang ketika kami sedang pergi.
4) Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat). Contoh : Karena hari sudah siang, kami berhenti dan makan siang.
Penggabungan dua kalimat atau lebih dari kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalamnya terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan sebagainya. Contoh : Tamu datang ketika kami sedang pergi.
4) Kalimat Majemuk Campuran
Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat). Contoh : Karena hari sudah siang, kami berhenti dan makan siang.
3. Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4
jenis, yaitu:
a.
Kalimat Perintah
Kalimat
perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain
untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru
(!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai
dengan intonasi tinggi. Contoh : Gantilah bajumu !
b.
Kalimat Berita
Kalimat
berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya,
biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan
dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan
tanggapan. Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
c.
Kalimat Tanya
Kalimat
tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau
reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?)
dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata
tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan. Contoh: Mengapa
gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
d.
Kalimat Seruan
Kalimat
seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’
atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi
dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam
penulisannya. Contoh: Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
4. Berdasarkan Subjeknya
Kalimat
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.
Kalimat Aktif
Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan.
Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan
ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang tidak
dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur, mandi,
dll (kecuali makan dan minum). Contoh: Mereka akan berangkat besok pagi.
b.
Kalimat Pasif
Kalimat
pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini
biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti
oleh kata depan oleh. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1) Kalimat Pasif Biasa
Kalimat
pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada
kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an. Contoh:
- Piring dicuci Eni.
S P O2
2) Kalimat Pasif Zero
Kalimat
pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2
tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan
akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar
berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan
dengan kalimat baku. Contoh:
- Ku pukul adik.
O2
P S
KATA PENGHUBUNG PADA KALIMAT
MAJEMUK
1.
Kata hubung Koordinatif merupakan kata penghubung yang menghubungkan
2 unsur atau lebih yang sifat/kedudukannya sama (setara).
menggabungkan
: dan, serta, lagi, pula, juga
pertentangan
: tetapi, namun, sedangkan
memilih/pilihan
: atau
menguatkan
: bahkan, malahan
mengurutkan
: lalu, kemudian
2.
Kata hubung Subordinatif merupakan kata
penghubung yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang tidak sama kedudukannya.
hub. syarat
: jika, kalau, bila
hub. waktu
: saat, sebelum, selama
hub. tujuan
: untuk, demi, bagi, agar
hub. perbandingan :
daripada, seperti, umpama
hub. sebab
: karena, sebab, oleh sebab
hub. akibat
: sehingga, maka
hub. menjelaskan
: bahwa, yaitu, ialah
hub. pengandaian
: seandainya, sekiranya
hub. pengecualian
: kecuali, selain
hub. cara/alat
: dengan
hub. kemiripan
: seolah-olah
3. Kata
hubung Korelatif (berpasangan) merupakan kata penghubung yang menghubungkan 2
kata, frase atau klausa yang mengandung kedudukan yang sama dan memiliki 2
bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frase, atau klausa. Contoh:
baik......maupun......
sedemikian
rupa.......sehingga........
tidak hanya.........,
tetapi juga......
apakah........ataukah........
bukan
hanya.......melainkan juga.......
entah.........entah........
jangankan.........pun.......
4. Kata
hubung Intra Kalimat merupakan kata penghubung yang kata penghubung yang ada di
dalam kalimat.
5. Kata
hubung Antar Kalimat merupakan kata
penghubung yang digunakan untuk menggabungkan 2 kalimat (atau lebih). Contoh :
Siapa menyakiti dan menyiksanya akan berdosa besar. Sebaliknya, siapa
menolongnya mendapat pahala besar dari Tuhan.
6. Kata
hubung Antar Paragraf merupakan kata penghubung yang menghubungkan paragraf
sebelumnya dengan paragraf selanjutnya.
Sumber
:
Samputri,
Riena. 2012. Kalimat Dalam Bahasa Indonesia.
Riena’s Zone. http://ryunana.blogspot.com/2012/10/pengertian-kalimat.html. 26 Oktober
2014. 11:23 WIB.
Tarigan,
Priskanta. 2010. Jenis-Jenis Kalimat.
Freezcha’s Blog. http://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/.
26 Oktober 2014. 11:25 WIB.
Undarwati
Qiluk, 2009. Unsur-unsur Pembentuk Kalimat.
Tentang Kalimat. http://tentangkalimat.blogspot.com/2009/04/unsur-unsur-pembentuk-kalimat_19.html.
26 Oktober 2014. 12:07 WIB.
Vani, Septi.
2012. Kata Penghubung. Just
Knowledges. http://justknowledges.blogspot.com/2012/06/kata-penghubung.html. 26
Oktober 2014. 13:56 WIB.
Widjono, Hs. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah
Pengembangan di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Grasindo.
_______.
2010. Unsur-unsur Kalimat Dasar.
Wartawarga Gunadarma. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/unsur-unsur-kalimat-dasar/.
26 Oktober 2014. 11:58 WIB.