Kalimat Dan Penjelasannya

PENGERTIAN KALIMAT

Kalimat memiliki bermacam-macam pengertian. Beberapa pengertian kalimat menurut para ahli : 
-          Kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relative dapat berdiri-sendiri, mempunyai pola intonasi akhir dan terdiri-dari ataus klausa (Cook, 1971;Elson dan Picket, 1969). 
-          Kalimat adalah suatu bentuk linguistis, yang tidak termasuk ke dalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield, 1955). 
-          Di sisi lain, Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil dari ekspresi lengkap. Pendapat lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana (1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil, yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap. 
Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat diartikan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang terdiri dari kata kata yang saling tergabung dan berkaitan secara terstruktur  sehingga menghasilkan suatu pengertian, pola intonasi akhir dan dapat digunakan untuk  mengekspresikan pendapat maupun pikiran.

UNSUR-UNSUR KALIMAT

Sebelumnya dalam pengertian kalimat telah dijelaskan bahwa kalimat merupakan satuan bahasa yang dibentuk oleh kata-kata tergabung dan berkaitan. Kata-kata tresebut ada yang berupa satuan kata dan ada pula yang berupa kelompok kata. Yang dimaksud kelompok kata, mugkin berupa frase atau klausa. Dalam ragam bahasa lisan, di samping terdiri atas kata-kata, kalimat dibentuk pula oleh intonasi, jedah, nada dan tempo. Kita akan bahas satu persatu.
1.    Kata
            Sebagai contoh kalimat yang dibentuk oleh satuan kata, perhatikanlah kalimat-kalimat di atas :

Pergi --> di bentuk oleh satu satuan kata
Ayah + Pergi --> dibentuk oleh dua satuan kata
 contoh lainnya : (1) Kami membaca buku.
                            (2) Besok ibu memasak rendang.

2.      Frase
Frase ialah kelompok kata yang tidak melebihi batas fungsi. Pengertia ini digunakan untuk membedakan frase dengan kalimat. Walaupun merupakan kelompok kata,frase tidak mengandung fungsi subyek, predikat maupun fungsi-fungsi lainnya.

Kalimat :
       Ayah pergi
         S        P
Terlambat datangnya
           S                    P
Ibu pergi ke kantor
         S       P        K
Frase :
Kepergian ayah

Kedatangan yang terlambat

ke kantor
 Ciri-ciri Frase :
 a. Dibentuk oleh dua kata atau lebih
 b. Tidak mengandung unsur subyek dan predikat, serta
        c. Unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya. 

3.      Klausa
Klausa sebagaimana frase, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, sebuah klausa merupakan kelompok kata yang terdiri atas subyek dan predikat, sedangkan frase tidak. Klausa berbeda pula dengan kalimat, kallusa tidak mengandung unsur intonasi. Klausa kedudukannya merupakan bagian dari suatu kalimat.
Kalimat
       1. Hari ini akan hujan
2. Besok pagi kakak akan pergi ke Jakarta dan ayah pergi ke Bandung
3. Ketika pertandingan itu berlangsung mereka pergi keluar lapangan.
Klausa :
a. Kakak akan pergi ke Jakarta
b. Ayah pergi ke Bandung
c. Pertandingan itu berlangsung
4.      Intonasi, Jeda, Nada, dan Tempo

a.       Intonasi
Intonasi ialah naik turunnya lagu kalimat. Intonasi berfungsi sebagai pembentuk makna kalimt. Intonasi pada kalimat berita, mendatar pada akhir kalimat, sedangkan pada kalimat tanya lebih menaik. Sementara itu, pada kalimat perintah, baik itu pada awal maupun akhir kalimat, intonasinya menaik (tinggi). Contoh :
1) Pergi. (memberi kabar)
2) Pergi ? (bertanya)
3) Pergi ! (memerintah)

b.      Jeda
 Jeda ialah perhentian lagu kalimat. Jeda terbagi kedalam tiga jenis, yakni jeda pendek, jeda sedang, dan jeda panjang. Jeda berfungsi untuk menandai batas-batas satuan kalimat. Contoh :
1)Menurut cerita/ adik ibu Yani itu guru yang pandai. (Yang pandai adiknya ibu Yani)
2)Menurut cerita adik/ ibu Yani itu guru yang pandai. ( Yang pandai ibu Yani )
3)Menurut cerita adik ibu/ Yani itu guru yang pandai. ( Yang pandai Yani )
4)Menurut cerita adik ibu Yani/ itu guru yang pandai. ( Yang pandai seseorang )
c.       Nada 
Nada adalah tekanan tinggi rendahnya pengucapa suatu kata. Dalam hal ini, intonasi berfungsi untuk memberi tekanan khususpada kata-kata tertentu. Tingggi rendahnya nada dapat membedakan bagian kalimat yang satudengan bagian kalimat lainnya yang tidak penting. Perhatikan contoh berikut :
1) Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan Yanto )
2)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan menulis )
3)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan buku )
4)Ahmad mengirim surat kemarin. ( bukan besok )
d.      Tempo
Tempo ialah cepat atau lambatnya pengucapan suatu bagian kalimat. Fungsinya hampir sama dengan nada, yakni untuk mementingkan suatu bagian kalimat. Contoh : 
Nama saya A- d – a – m
            Kata Adam diucapkan lebih lambat dengan maksud untuk menimbulkan kejelasan bagi pendengarnya.

CIRI-CIRI UNSUR PEMBENTUK KALIMAT

1.       Ciri-Ciri Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri-ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya.
¨       Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
¨       Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu.
¨       Didahului Kata Bahwa
Di dalam kalimat pasif kata bahwa merupakan penanda bahwa unsur yang menyertainya adalah anak kalimat pengisi fungsi subjek. Di samping itu, kata bahwa juga merupakan penanda subjek yang berupa anak kalimat pada kalimat yang menggunakan kata adalah atau ialah.
¨       Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubungyang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas.
¨       Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti daridalamdikekepadapada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek.
¨       Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
2.      Ciri-Ciri Predikat
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.
¨       Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimanaadalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
¨       Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
¨       Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
¨       Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telahsudahsedang,belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti inginhendak, dan mau.
¨       Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
  1. Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
  2. Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).

3.      Ciri-Ciri Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
¨       Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
¨       Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
¨       Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
¨       Didahului Kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.
4.      Ciri-Ciri Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan. Kesamaan itu ialah kedua unsur kalimat ini :
  1. Bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat.
  2. Menempati posisi di belakang predikat.
  3. Tidak didahului preposisi.
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.
¨       Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.
a)   Diah mengirimi saya buku baru.
b)   Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku barusepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan  tidak mendahului predikat.
¨       Tidak Didahului Preposisi
Seperti objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Unsur kalimat yang didahului preposisi disebut keterangan. Ciri-ciri unsur keterangan dijelaskan setelah bagian ini.
5.      Ciri-Ciri Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan.
Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada,kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
¨       Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib.
¨       Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
¨       Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
·         Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin, besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah, sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
·         Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.
·         Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata denganatau secara. Terakhir,  keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata dengan dan dalam.
·         Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karenaatau lantaran yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor karena atau lantaran.
·         Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa frasa ditandai oleh kata untuk ataudemi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.
·         Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (–), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
¨       Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.
·         Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek), tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.
¨       Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang diterangkan yaitu kata Siswanto.
·         Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek, predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai berikut.
¨       Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP  tiga lebih.

POLA-POLA KALIMAT

Berdasarkan keterangan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kalimat dasar ialah kalimat yang berisi informasi pokok dalam struktrur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dasar dapat dibedakan ke dalam delapan tipe.
  1. Kalimat dasar berpola SPOK
Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan; subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.
2.      Kalimat dasar berpola SPOPel
Tipe 2 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba dwitransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.
3.      Kalimat dasar berpola SPO
Tipe 3 ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan objek; subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.
4.      Kalimat dasar berpola SPPel
Kalimat tipe 4 mempunyai unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, kata sifat  dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.
5.      Kalimat dasar berpola SPK
Kalimat dasar ini mempunyai unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Contohnya adalah kalimat berikut.
¨       Saya berasal dari Palembang.
6.      Kalimat dasar berpola SP (P: Verba)
Tipe 6 itu adalah kalimat dasar yang mempunyai unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa verba intransitif, tidak ada objek, pelengkap, ataupun keterangan yang wajib.
7.      Kalimat dasar berpola SP (P: Nomina)
Tipe 7 adalah kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat juga berupa nomina atau frasa nominal. Nomina predikat biasanya mempunyai pengertian lebih luas daripada nomina subjek dan berupa nomina penggolong (identifikasi).
8.      Kalimat dasar berpola SP (P: Adjektiva)
Kalimat ini memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal dan predikat berupa adjektiva. Unsur pengisi predikat itulah yang membedakan tipe 8 dari tipe 7 dan tipe 6.

JENIS-JENIS KALIMAT

1.       Berdasarkan Pengucapan
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.      Kalimat Langsung
Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kaliamt yang memberitakan bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga). Kalimat ini biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan dapat berupa kalimat tanya atau kalimat perintah. Contoh: Ibu berkata: “Rohan, jangan meletakkan sepatu di sembarang tempat!”
b.      Kalimat Tak Langsung
Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau perkataan  orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik dua dan sudah dirubah menjadi kalimat berita. Contoh: Ibu berkata bahwa dia senang sekali karena aku lulus ujian.
2.      Berdasarkan Jumlah Frasa (Struktur Gramatikal)
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.      Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu pola (klausa) yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat dasar sederhana. Kalimat-kalimat yang panjang dapat dikembalikan ke dalam kalimat-kalimat dasar yang sederhana dan dapat juga ditelusuri p0la-pola pembentukannya. Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah:
*  KB + KK (Kata Benda + Kata Kerja)
Contoh:   Victoria bernyanyi
.                   S          P
* KB + KS (Kata Benda + Kata Sifat)
Contoh:   Ika sangat rajin
.               S          P
* KB + KBil (Kata Benda + Kata Bilangan)
Contoh:  Masalahnya seribu satu.
.                    S             P
Kalimat tunggal  dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
       1.  Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda.
Contoh :  Saya siswa kelas VI.
2.  Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja.
Contoh :  Adik bernyanyi.
b.      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih dengan menggunakan kata penghubung. Jenis-jenis kalimat majemuk :

1) Kalimat Majemuk Setara
            Penggabungan dua kalimat atau lebih dari kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Contoh :
Ibu pergi ke pasar. (1)
Ayah berangkat ke kantor. (2)
Ibu pergi ke pasar sedangkan Ayah berangkat ke kantor.

2) Kalimat Majemuk Rapatan
            Gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat, atau objeknya sama, maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh :
Hobinya adalah memasak. (1)
Hobinya adalah menjahit. (2)
Hobinya adalah membaca. (3)
Hobinya adalah memasak, menjahit, dan membaca.

3)Kalimat Majemuk Bertingkat
              Penggabungan dua kalimat atau lebih dari kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalamnya terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan sebagainya. Contoh :  Tamu datang ketika kami sedang pergi.

4) Kalimat Majemuk Campuran
               Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat). Contoh :  Karena hari sudah siang, kami berhenti dan makan siang.
3.      Berdasarkan Isi atau Fungsinya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
a.      Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan memberikan perintah kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah biasanya diakhiri dengan tanda seru (!) dalam penulisannya. Sedangkan dalam bentuk lisan, kalimat perintah ditandai dengan intonasi tinggi. Contoh : Gantilah bajumu !
b.      Kalimat Berita
Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu. Dalam penulisannya, biasanya diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam pelafalannya dilakukan dengan intonasi menurun. Kalimat ini mendorong orang untuk memberikan tanggapan. Contoh : Nenek akan datang dari Bandung besok pagi.
c.       Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi atau reaksi (jawaban) yang diharapkan. Kalimat ini diakhiri dengan tanda tanya(?) dalam penulisannya dan dalam pelafalannya menggunakan intonasi menurun. Kata tanya yang dipergunakan adalah bagaimana, dimana, berapa, kapan. Contoh: Mengapa gedung ini dibangun tidak sesuai dengan disainnya?
d.      Kalimat Seruan
Kalimat seruan adalah kalimat yang digunakan untuk mengungkapakan perasaa ‘yang kuat’ atau yang mendadak. Kalimat seruan biasanya ditandai dengan intonsi yang tinggi dalam pelafalannya dan menggunakan tanda seru (!) atau tanda titik (.) dalam penulisannya. Contoh: Aduh, pekerjaan rumah saya tidak terbawa.
4.      Berdasarkan Subjeknya
Kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a.      Kalimat Aktif
Kalimat aktif  adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata kerja yang  tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya  pergi, tidur, mandi, dll  (kecuali makan dan minum). Contoh: Mereka akan berangkat besok pagi.
b.      Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan di- dan ter- dan diikuti oleh kata depan oleh. Kalimat pasif dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
1)      Kalimat Pasif  Biasa
Kalimat pasif ini biasanya diperoleh dari kalimat aktif transitif. Predikat pada kalimat ini berawalan di-,ter-,ke-an. Contoh:
 Piring dicuci Eni.
       S        P      O2

2)      Kalimat Pasif Zero
Kalimat pasif zero adalah kalimat yang objek pelakunya(O2) melekat berdekatan dengan O2 tanpa disisipi dengan kata lain. Predikat pada kalimat ini berakhiran -kan dan akan terjadi penghilangan awalan di-. Predikatnya juga dapat berupa kata dasar berkelas kerja kecuali kata kerja aus. Kalimat pasif zero ini berhubungan dengan kalimat baku. Contoh:
 Ku pukul adik.
    O2    P      S

KATA PENGHUBUNG PADA KALIMAT MAJEMUK

1.      Kata hubung Koordinatif  merupakan kata penghubung yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang sifat/kedudukannya sama (setara).
menggabungkan     : dan, serta, lagi, pula, juga
pertentangan          : tetapi, namun, sedangkan
memilih/pilihan       : atau
menguatkan           : bahkan, malahan
mengurutkan          : lalu, kemudian
2.      Kata hubung Subordinatif merupakan kata penghubung yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang tidak sama kedudukannya.
hub. syarat            : jika, kalau, bila
hub. waktu            : saat, sebelum, selama
hub. tujuan            : untuk, demi, bagi, agar
hub. perbandingan : daripada, seperti, umpama
hub. sebab            : karena, sebab, oleh sebab
hub. akibat            : sehingga, maka
hub. menjelaskan   : bahwa, yaitu, ialah
hub. pengandaian   : seandainya, sekiranya
hub. pengecualian   : kecuali, selain
hub. cara/alat          : dengan
hub. kemiripan        : seolah-olah
3.      Kata hubung Korelatif (berpasangan) merupakan kata penghubung yang menghubungkan 2 kata, frase atau klausa yang mengandung kedudukan yang sama dan memiliki 2 bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frase, atau klausa. Contoh:
baik......maupun......
sedemikian rupa.......sehingga........
tidak hanya........., tetapi juga......
apakah........ataukah........
bukan hanya.......melainkan juga.......
entah.........entah........
jangankan.........pun.......
4.      Kata hubung Intra Kalimat merupakan kata penghubung yang kata penghubung yang ada di dalam kalimat.
5.      Kata hubung Antar Kalimat  merupakan kata penghubung yang digunakan untuk menggabungkan 2 kalimat (atau lebih). Contoh : Siapa menyakiti dan menyiksanya akan berdosa besar. Sebaliknya, siapa menolongnya mendapat pahala besar dari Tuhan.
6.      Kata hubung Antar Paragraf merupakan kata penghubung yang menghubungkan paragraf sebelumnya dengan paragraf selanjutnya.

Sumber :
Samputri, Riena. 2012. Kalimat Dalam Bahasa Indonesia. Riena’s Zone. http://ryunana.blogspot.com/2012/10/pengertian-kalimat.html. 26 Oktober 2014. 11:23 WIB.
Tarigan, Priskanta. 2010. Jenis-Jenis Kalimat. Freezcha’s Blog. http://freezcha.wordpress.com/2010/05/08/jenis-jenis-kalimat/. 26 Oktober 2014. 11:25 WIB.
Undarwati Qiluk, 2009. Unsur-unsur Pembentuk Kalimat. Tentang Kalimat. http://tentangkalimat.blogspot.com/2009/04/unsur-unsur-pembentuk-kalimat_19.html. 26 Oktober 2014. 12:07 WIB.
Vani, Septi. 2012. Kata Penghubung. Just Knowledges. http://justknowledges.blogspot.com/2012/06/kata-penghubung.html. 26 Oktober 2014. 13:56 WIB.
Widjono, Hs.  2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan di Perguruan Tinggi.  Jakarta: Grasindo.
_______. 2010. Unsur-unsur Kalimat Dasar. Wartawarga Gunadarma. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/10/unsur-unsur-kalimat-dasar/. 26 Oktober 2014. 11:58 WIB.

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

            Pengertian Ejaan ialah keseluruhan system dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman. Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaan-ejaan sebelumnya.Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar perlu berpedoman terhadap EYD atau ejaan yang disempurnakan. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. EYD mengalami beberapa kali revisi diantaranya revisi pada tahun 1987 dan revisi pada tahun 2009. Revisi ini bertujuan guna menyempurnakan ejaan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berikut ini merupakan pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan yaitu :
A.    Penulisan Huruf

1.      Huruf kapital atau huruf besar

a.       Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Kami menggunakan barang produksi dalam negeri.
b.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?”
c.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab,  Quran, Weda, Injil.
d.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim,Raden Wijaya.
e.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian,Gubernur Bali.
f.       Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang baru dilantik itu?
g.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Albar Maulana
h.      Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin diesel
10 watt
i.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf pertama kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan yang salah:
Dalam hal ini Bangsa Indonesia yang ….
Penulisan yang benar:
Dalam hal ini bangsa Indonesia yang ….
Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
        keinggris-inggrisan
j.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
        tahun Saka
        bulan November
k.      Huruf kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Ir. Soekarno dan Drs. Moehammad Hattamemproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
l.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
 Misalnya:
Teluk Jakarta

m.    Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
        Jangan membuang sampah ke sungai.
n.      Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
        garam inggris
o.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi badan/ lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
        Departemen Pendidikan Nasional RI
p.      Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Perhatikan penulisan berikut.
        Dia menjadi pegawai di salah satudepartemen.
q.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan/ lembaga.
                Misalnya:
                        Perserikatan Bangsa-Bangsa.
r.        Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada posisi awal.
                Misalnya:
        Idrus menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
        Ia menulis makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.
s.       Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti Bapak, Ibu,   Saudara, Kakak, Adik, Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
                Misalnya:
        ”Kapan Bapak berangkat?” tanya Nining kepada Ibu.
t.        Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam penyapaan.
Misalnya:
        Kita semua harus menghormati bapak danibu kita.
u.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
        Dr.           : doktor
        M.M.       : magister manajemen
v.      Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
        Misalnya:
        Apakah kegemaran Anda?

2.      Huruf Miring

a.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan. Misalnya:
        majalah Prisma
        Surat kabar Kompas
b.      Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata. Misalnya:
        Huruf pertama kata Allah ialah a
c.       Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan asing,kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
        Nama ilmiah padi ialah Oriza sativa.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut.
           Negara itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)

B.     Penulisan Kata

1.      Kata Dasar
           Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:
Kantor pos sangat ramai.
2.      Kata Turunan
a.       Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya:
berbagai                               ketetapan                              sentuhan
gemetar                mempertanyakan                                terhapus
b.      Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya:
            diberi tahu, beri tahukan
c.       Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
                Misalnya:
        memberitahukan
3.      Bentuk Ulang
                Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
        anak-anak, buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk.
4.      Gabungan Kata

a.        Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.Misalnya:
duta besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah sakit, terima kasih, mata kuliah.
b.      Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat ditulis dengan   tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
        Misalnya:
alat pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru (sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda) kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
c.       Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
        Misalnya:
        acapkali, apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga, radioaktif, saputangan.
d.      Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana, antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,transmigrasi.
Jika bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua unsur kata itu
ditulisakan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
5.      Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kataaku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
            
aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil
                engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil
Misalnya:
        Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?
        Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
        Bolehkah kuambil jeruk ini satu?
        Kalau mau, boleh kaubaca buku itu.
6.      Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
        Tinggalah bersama saya di sini.
        Di mana orang tuamu?
        Saya sudah makan di rumah teman.
        Ibuku sedang ke luar kota.
        Ia pantas tampil ke depan.
        Duduklah dulu, saya mau ke dalam sebentar.
        Bram berasal dari  keluarga terpelajar.
Akan tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
        Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
        Kami percaya kepada Ada.
        Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.
7.      Kata Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Si Andi sedang memperbaiki sepedanya.
Salah
Benar
Sikecil
si kecil
Sipemalu
si pemalu
Sangdiktator
sang diktator
Sangkancil
sang kancil
     






8.   Partikel
a.       Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
        Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
        Siapakah tokoh yang menemukan radium?
b.      Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
        Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
        Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Bukan hanya saya, melainkan dia pun turut serta.
                Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnyaadapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
                Misalnya:
        Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
        Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
        Baik para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
        Walaupun hari hujan, ia datang juga.
c.       Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
            Misalnya:
        Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).
        Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).

C.     Pemakaian Tanda baca

1.      Tanda titik (.)

a.       Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
        Misalnya:
        Ayahku tinggal di Aceh.
        Anak kecil itu menangis.
        Mereka sedang minum kopi.
        Adik bungsunya bekerja di Samarinda.

b.      Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan subbab.
Misalnya:
III.  Departemen Dalam Negeri
A.       Direktorat Jendral PMD
B.       Direktorat Jendral Agraria
1.    Subdit ….
2.    Subdit ….

I.         Isi Karangan                               1.      Isi Karangan
A.       Uraian Umum                             1.1   Uraian Umum
B.       Ilustrasi                                       1.2   Ilustrasi
1.        Gambar                                       1.2.1 Gambar
2.        Tabel                                           1.2.2 Tabel
3.       Grafik                                           1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka itu merupakan yang terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.
c.       Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu dan jangka waktu.
Misalnya:
        pukul 12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)
        12.10.20 (12 jam, 10 menit, dan 20 detik)
d.      Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
        Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
        Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
        Nomor gironya 5645678.
e.       Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Lawrence, Marry S, Writting as a Thingking Process. Ann Arbor: University of Michigan Press, 1974.
f.       Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
        Calon mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang.
        Koleksi buku di perpustakaanku sebanyak 2.799.
g.      Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku, karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
        Catur Untuk Semua Umur (tanpa titk)
        Gambar 1: Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)
h.      Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
        Jakarta, 11 Januari 2005 (tanpa titik)
        Yth. Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)
        Jalan Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa titik)
        Palembang 12241 (tanpa titik)
Sumatera Selatan (tanpa titik)
Kantor Pengadilan Negeri (tanpa titik)
Jalan Teratai II/ 61 (tanpa titik)
Semarang 17350 (tanpa titik)
2.      Tanda koma (,)
a.       Tanda koma dipaki di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:      
        Reny membeli permen, roti, dan air mineral.
        Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus, memerlukan prangko.
        Menteri, pengusaha, serta tukang becak, perlu makan.
b.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi ataumelainkan.
            Misalnya:
        Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
        Didik bukan anak saya, melainkan anak Pak Daud.
c.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
             Misalnya:
            Kalau hujan tidak reda, saya tidak akan pergi.
d.      Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
            Saya tidak akan pergi kalau hujan tidak reda.
e.       Tanda koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
                Misalnya:
        Meskipun begitu, kita harus tetap jaga-jaga.
        Jadi, masalahnya tidak semudah itu.
f.       Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
        O, begitu?
        Wah, bagus, ya?
        Aduh, sakitnya bukan main.
g.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
                Misalnya:
        Kata ibu, ”Saya berbahagia sekali”.
        ”Saya berbahagia sekali,” kata ibu.
Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
                Surat ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi VII/11, Jakarta Utara 10640
Jakarta, 11 November 2004
Bangkok, Thailand
h.      Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
        Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia, 2001), hlm. 27.
i.        Tanda koma dipakai di antara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
        A. Yasser Samad, S.S.
        Zukri Karyadi, M.A.
j.        Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
        Guru saya, Pak Malik, Pandai sekali.
        Di daerah Aceh, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
        Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik komputer.
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.
                Semua siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan namanya   kepada panitia.
k.      Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersunguh-sungguh.
        Atas pertolongan Dewi, Kartika mengucapkan terima kasih.
l.         Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
        ”Di mana pameran itu diadakan?” tanya Sinta.
        ”Baca dengan teliti!” ujar Bu Guru.
3.      Tanda Titik Koma (;)

a.       Tanda titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari makin siang; dagangannya belum juga terjual.
b.      Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri; saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan sepak bola.
c.       Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara keseluruhan.
Misalnya:
Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.

Sumber:
Abasawatawalla. ____. Pengertian Dan Penjelasan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). ATM (Ambil, Tiru , Modif). http://abasawatawalla01.blogspot.com/2013/02/ejaan-yang-disempurnakan-eyd-pengertian.html. 21 Oktober 2014. 19:03 WIB.
Pustaka, Balai . 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Jakarta: Balai Pustaka.
______, 2009. EYD. Bahasa Endonesa. http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/eyd/. 21 Oktober 18:33 WIB.
______, 2014. Ejaan Yang Disempurnakan. Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan. 21 Oktober 18:25 WIB.

 
My Story Blog Design by Ipietoon