Pengertian Ejaan ialah keseluruhan
system dan peraturan penulisan bunyi bahasa untuk mencapai keseragaman. Ejaan
Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas
ejaan-ejaan sebelumnya.Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar
perlu berpedoman terhadap EYD atau ejaan yang disempurnakan. Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini
menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan
Republik atau Ejaan
Soewandi. EYD mengalami beberapa kali revisi diantaranya revisi pada tahun
1987 dan revisi pada tahun 2009. Revisi ini bertujuan guna menyempurnakan ejaan
dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Berikut ini merupakan
pedoman umum ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan yaitu :
A. Penulisan
Huruf
1. Huruf
kapital atau huruf besar
a. Huruf
kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:
Kami
menggunakan barang produksi dalam negeri.
b. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya:
Adik
bertanya, ”Kapan kita ke Taman Safari?”
c. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama ungkapan yang berhubungan dengan nama
Tuhan dan nama kitab suci, termasuk ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah,
Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab, Quran, Weda, Injil.
d. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya:
Haji Agus
Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim,Raden Wijaya.
e. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Presiden Yudhoyono, Mentri Pertanian,Gubernur Bali.
f. Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang
tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Siapakah gubernur yang
baru dilantik itu?
g. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya:
Albar
Maulana
h. Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
mesin
diesel
10
watt
i.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama bangsa, suku bangsa-bangsa dan bahasa. Perlu diingat, posisi
tengah kalimat, yang dituliskan dengan huruf kapital hanya huruf
pertama nama bangsa, nama suku, dan nama bahasa; sedangkan huruf
pertama kata bangsa, suku, dan bahasa ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan
yang salah:
Dalam
hal ini Bangsa Indonesia yang ….
Penulisan
yang benar:
Dalam
hal ini bangsa Indonesia yang ….
Huruf
kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama nama bangsa, suku,
dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
keinggris-inggrisan
j.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya:
tahun Saka
bulan November
k. Huruf
kapital tidak dipakai sebagi huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak dipakai sebagai nama.
Misalnya:
Ir.
Soekarno dan Drs. Moehammad Hattamemproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
l.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama nama khas dalam geografi.
Misalnya:
Teluk Jakarta
m. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.
Misalnya:
Jangan
membuang sampah ke sungai.
n. Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang
digunakan sebagai nama jenis.
Misalnya:
garam inggris
o. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, nama resmi
badan/ lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
Departemen
Pendidikan Nasional RI
p. Huruf
kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi lembaga pemerintah, ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Perhatikan
penulisan berikut.
Dia
menjadi pegawai di salah satudepartemen.
q. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf kapital setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan/ lembaga.
Misalnya:
Perserikatan
Bangsa-Bangsa.
r.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) dalam penulisan
nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata
seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuK yang tidak terletak pada
posisi awal.
Misalnya:
Idrus
menulis buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Ia
menulis makalah ”Fungsi Persuasif dalam Bahasa Iklan Media Elektronik”.
s. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
seperti Bapak, Ibu, Saudara, Kakak, Adik,
Paman, yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Misalnya:
”Kapan Bapak berangkat?”
tanya Nining kepada Ibu.
t.
Huruf kapital tidak dipakai
sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang dipakai dalam
penyapaan.
Misalnya:
Kita
semua harus menghormati bapak danibu kita.
u. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Misalnya:
Dr. :
doktor
M.M. :
magister manajemen
v. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Misalnya:
Apakah
kegemaran Anda?
2. Huruf
Miring
a. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam karangan. Misalnya:
majalah Prisma
Surat
kabar Kompas
b. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, atau kelompok kata. Misalnya:
Huruf
pertama kata Allah ialah a
c. Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau ungkapan
asing,kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Nama
ilmiah padi ialah Oriza sativa.
Akan
tetapi, perhatikan penulisan berikut.
Negara
itu telah mengalami beberapa kudeta (dari coup d’etat)
B. Penulisan
Kata
1. Kata
Dasar
Kata
yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:
Kantor
pos sangat ramai.
2. Kata
Turunan
a. Imbuhan
(awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya:
berbagai ketetapan sentuhan
gemetar mempertanyakan terhapus
b. Jika
bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya:
diberi
tahu, beri tahukan
c. Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
memberitahukan
3. Bentuk
Ulang
Bentuk
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya:
anak-anak,
buku-buku, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk.
4. Gabungan
Kata
a. Gabungan
kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.Misalnya:
duta
besar, kerja sama, kereta api cepat luar biasa, meja tulis, orang tua, rumah
sakit, terima kasih, mata kuliah.
b. Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian dapat
ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur
yang berkaitan.
Misalnya:
alat
pandang-dengar (audio-visual), anak-istri saya (keluarga), buku sejarah-baru
(sejarahnya yang baru), ibu-bapak (orang tua), orang-tua muda (ayat ibu muda)
kaki-tangan penguasa (alat penguasa)
c. Gabungan
kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga
tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Misalnya:
acapkali,
apabila, bagaimana, barangkali, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada,
darmabakti, halal-bihalal, kacamata, kilometer, manakala, matahari, olahraga,
radioaktif, saputangan.
d. Jika
salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya:
adibusana,
antarkota, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, inkonvensional, kosponsor,transmigrasi.
Jika
bentuk terikan diikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, di antara kedua
unsur kata itu
ditulisakan
tanda hubung (-).
Misalnya: non-Asia, neo-Nazi
5. Kata
Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata
ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat
kataaku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya.
aku
bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil
engkau
bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil
Misalnya:
Bolehkan
aku ambil jeruk ini satu?
Kalau
mau, boleh engkau baca buku itu.
Akan
tetapi, perhatikan penulisan berikut ini.
Bolehkah
kuambil jeruk ini satu?
Kalau
mau, boleh kaubaca buku itu.
6. Kata
Depan di, ke, dan dari
Kata
depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap kata
yang sudah dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Tinggalah
bersama saya di sini.
Di mana orang
tuamu?
Saya
sudah makan di rumah teman.
Ibuku
sedang ke luar kota.
Ia
pantas tampil ke depan.
Duduklah
dulu, saya mau ke dalam sebentar.
Bram
berasal dari keluarga terpelajar.
Akan
tetapi, perhatikan penulisan yang berikut.
Kinerja
Lely lebih baik daripada Tuti.
Kami
percaya kepada Ada.
Akhir-akhir
ini beliau jarang kemari.
7. Kata
Sandang si dan sang
Kata si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Si
Andi sedang memperbaiki sepedanya.
Salah
|
Benar
|
Sikecil
|
si kecil
|
Sipemalu
|
si pemalu
|
Sangdiktator
|
sang diktator
|
Sangkancil
|
sang kancil
|
8. Partikel
a. Partikel
–lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah peraturan
ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh
yang menemukan radium?
b. Partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang
dikatakannya, aku tetap tak percaya.
Satu
kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Bukan
hanya saya, melainkan dia pun turut serta.
Catatan:
Kelompok
berikut ini ditulis serangkaian, misalnyaadapun, andaipun, bagaimanapun,
biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun,
walaupun.
Misalnya:
Adapun sebab-musababnya
sampai sekarang belum diketahui.
Bagaimanapun juga
akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
Baik
para dosen maupun mahasiswa ikut menjadi anggota koperasi.
Walaupun hari
hujan, ia datang juga.
c. Partikel per yang
berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului
atau mengikutinya.
Misalnya:
Mereka
masuk ruang satu per satu (satu demi satu).
Harga
kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).
C. Pemakaian
Tanda baca
1. Tanda
titik (.)
a. Tanda
titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku
tinggal di Aceh.
Anak
kecil itu menangis.
Mereka
sedang minum kopi.
Adik
bungsunya bekerja di Samarinda.
b. Tanda
titik dipakai di belakang angka atau huruf pengkodean suatu judul bab dan
subbab.
Misalnya:
III. Departemen
Dalam Negeri
A. Direktorat
Jendral PMD
B. Direktorat
Jendral Agraria
1. Subdit
….
2. Subdit
….
I. Isi
Karangan 1. Isi
Karangan
A. Uraian
Umum 1.1 Uraian
Umum
B. Ilustrasi 1.2 Ilustrasi
1. Gambar 1.2.1
Gambar
2. Tabel 1.2.2
Tabel
3. Grafik 1.2.3
Grafik
Catatan:
Tanda
titik tidak dipakai di belakang angka pada pengkodean sistem digit jika angka
itu merupakan yang terakhir dalam deret angka sebelum judul bab atau subbab.
c. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka, jam, menit, dan detik yang menunjukan
waktu dan jangka waktu.
Misalnya:
pukul
12.10.20 (pukul 12 lewat 10 menit 20 detik)
12.10.20
(12 jam, 10 menit, dan 20 detik)
d. Tanda
titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Misalnya:
Ia
lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat
halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor
gironya 5645678.
e. Tanda
titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Lawrence,
Marry S, Writting as a Thingking Process. Ann Arbor: University of
Michigan Press, 1974.
f. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Calon
mahasiswa yang mendaftar mencapai 20.590 orang.
Koleksi
buku di perpustakaanku sebanyak 2.799.
g. Tanda
titik tidak dipakai pada akhir judul, misalnya judul buku,
karangan lain, kepala ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
Catur
Untuk Semua Umur (tanpa titk)
Gambar
1: Bentuk Surat Resmi Indonesia Baru (tanpa titik)
h. Tanda
titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim atau tanggal
surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jakarta,
11 Januari 2005 (tanpa titik)
Yth.
Bapak. Tarmizi Hakim (tanpa titik)
Jalan
Arif Rahman Hakim No. 26 (tanpa titik)
Palembang
12241 (tanpa titik)
Sumatera
Selatan (tanpa titik)
Kantor
Pengadilan Negeri (tanpa titik)
Jalan
Teratai II/ 61 (tanpa titik)
Semarang
17350 (tanpa titik)
2. Tanda
koma (,)
a. Tanda
koma dipaki di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Reny
membeli permen, roti, dan air mineral.
Surat
biasa, surat kilat, ataupun surat khusus, memerlukan prangko.
Menteri,
pengusaha, serta tukang becak, perlu makan.
b. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi ataumelainkan.
Misalnya:
Saya
ingin datang, tetapi hari hujan.
Didik
bukan anak saya, melainkan anak Pak Daud.
c. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hujan tidak reda, saya tidak
akan pergi.
d. Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan pergi kalau hujan
tidak reda.
e. Tanda
koma harus dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
Meskipun
begitu, kita harus tetap jaga-jaga.
Jadi,
masalahnya tidak semudah itu.
f. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O,
begitu?
Wah,
bagus, ya?
Aduh,
sakitnya bukan main.
g. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
Kata
ibu, ”Saya berbahagia sekali”.
”Saya
berbahagia sekali,” kata ibu.
Tanda
koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
Surat
ini agar dikirim kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan
Raya Salemba 6, Jakarta Pusat. Sdr. Zulkifli Amsyah, Jalan Cempaka Wangi
VII/11, Jakarta Utara 10640
Jakarta,
11 November 2004
Bangkok,
Thailand
h. Tanda
koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
Lamuddin
Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diskusi Insan Mulia,
2001), hlm. 27.
i.
Tanda koma dipakai di antara orang dan
gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Misalnya:
A.
Yasser Samad, S.S.
Zukri
Karyadi, M.A.
j.
Tanda koma dipakai untuk mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Guru
saya, Pak Malik, Pandai sekali.
Di
daerah Aceh, misalnya, masih banyak orang laki-laki makan sirih.
Semua
siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti praktik komputer.
Bandingkan
dengan keterangan pembatas yang tidak diapit oleh tanda koma.
Semua
siswa yang berminat mengikuti lomba penulisan resensi segera mendaftarkan
namanya kepada panitia.
k. Tanda
koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersunguh-sungguh.
Atas
pertolongan Dewi, Kartika mengucapkan terima kasih.
l.
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
”Di
mana pameran itu diadakan?” tanya Sinta.
”Baca
dengan teliti!” ujar Bu Guru.
3. Tanda
Titik Koma (;)
a. Tanda
titik koma untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya:
Hari
makin siang; dagangannya belum juga terjual.
b. Tanda
titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah
mencuci mobil; ibu sibuk mengetik makalah; adik menghapal nama-nama menteri;
saya sendiri asyik menonton siaran langsung pertandingan sepak bola.
c. Tanda
titik koma dipakai untuk memisahkan unsur-unsur dalam kalimat kompleks yang
tidak cukup dipisahkan dengan tanda koma demi memperjelas arti kalimat secara
keseluruhan.
Misalnya:
Masalah
kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua,
guru, polisi, atau pamong praja; sebab sebagian besar penduduk negeri ini
terdiri atas anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 21 tahun.
Sumber:
Abasawatawalla. ____. Pengertian Dan Penjelasan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD). ATM (Ambil, Tiru , Modif). http://abasawatawalla01.blogspot.com/2013/02/ejaan-yang-disempurnakan-eyd-pengertian.html.
21 Oktober 2014. 19:03 WIB.
Pustaka, Balai . 2009. Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Jakarta: Balai Pustaka.
______, 2009. EYD. Bahasa Endonesa. http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/eyd/.
21 Oktober 18:33 WIB.
______, 2014. Ejaan Yang Disempurnakan. Wikipedia. https://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan.
21 Oktober 18:25 WIB.
0 komentar:
Posting Komentar