Saat ini kesalahan dalam pemilihan kata masih banyak
ditemukan dalam penggunaan bahasa Indonesia oleh masyarakat. Hal ini dapat
disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang pilihan kata itu
sendiri. Tentu kita akan bertanya-tanya bagaimanakah cara menggunakan pilihan
kata yang tepat?. Untuk mengatasi hal itu maka akan dijelaskan beberapa hal
mengenai pilihan kata (diksi) agar dapat bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan bagi yang membacanya sehingga kesalahan pada pemilihan kata akan
dapat diminimalisir. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai diksi.
A.
Definisi Diksi
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai diksi ada
baiknya untuk mengetahui pengertian dari diksi. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia pengertian dari diksi yaitu pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yg diharapkan). Atau dapat juga diartikan sebagai pilihan kata yang
mencakup pengertian kata-kata mana yang harus dipakai untuk mencapai suatu gagasan,
bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam suatu
situasi.
B.
Fungsi Diksi
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh
keindahan guna menambah daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas,
jika pilihan kata tersebut tepat dan sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan
agar tidak menimbulkan interpretasi yang berlainan antara penulis atau
pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan kesesuaian kata bertujuan
agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk menghaluskan kata dan
kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh pengarang
berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan tokoh,
lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam
cerita tersebut.
C.
Manfaat Diksi
1.
Dapat membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan
konotatif, bersinonim dan hampir bersinonim, kata-kata yang mirip dalam
ejaannya.
2.
Dapat membedakan kata-kata ciptaan sendiri fan juga kata yang
mengutip dari orang yang terkenal yang belum diterima dimasyarakat. Sehingga
dapat menyebabkan kontroversi dalam masyarakat.
Sebelum menentukan pilihan kata, penulis harus
memperhatikan dua hal pokok, yakni: masalah makna dan relasi makna :
Makna sebuah kata / sebuah kalimat merupakan makna
yang tidak selalu berdiri sendiri. Adapun makna menurut (Chaer, 1994: 60)
terbagi atas beberapa kelompok yaitu :
l Makna Leksikal
: makna yang sesuai dengan referennya,
sesuai dengan hasil observasi alat indera / makna yg sungguh-sungguh nyata dlm
kehidupan kita. Contoh: Kata tikus, makna leksikalnya adalah binatang yang
menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
l Makna Gramatikal
: untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna gramatikal, untuk
menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti
kata: buku yg bermakna “sebuah buku,” menjadi buku-buku yang bermakna “banyak
buku”.
l Makna Referensial
dan Nonreferensial : Makna referensial & nonreferensial perbedaannya adalah
berdasarkan ada tidaknya referen dari kata-kata itu. Maka kata-kata itu
mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Kata
bermakna referensial, kalau mempunyai referen, sedangkan kata bermakna
nonreferensial kalau tidak memiliki referen. Contoh: Kata meja dan kursi
(bermakna referen). Kata karena dan tetapi (bermakna nonreferensial).
Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem,
silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi, dan uterans.
Macam macam hubungan makna :
1.
Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
2.
Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
3.
Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
4.
Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
5.
Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
6.
Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
7.
Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
8.
Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.
D.
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal atau
makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem. Contoh: Kata kurus, bermakna
denotatif keadaan tubuhnya yang lebih kecil & ukuran badannya normal. Makna konotatif adalah: makna lain yang
ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa orang
/ kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contoh: Kata kurus pada contoh
di atas bermakna konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang
mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim dengan kata kurus itu memiliki
konotatif positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan
ramping.
E. Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya bersifat umum dan mencangkup bidang yang luas, sedangkan kata yang khusus adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu. Contoh :
a. Saya ingin menjadi sarjana pendidikan, oleh karena itu sekarang kuliah di FAI UIKA. (umum)
Saya ingin menjadi seorang hakim oleh karena itu sekarang kuliah Fakultas Hukum. (khusus)
b. Orang tua kami anggota Korpri. (umum)
Ibu saya seorang guru SD (khusus).
Pasangan kata umum dan kata khusus harus di bedakan dalam pengacuan yang generic dan spesifik. Sapi, kerbau, kuda, dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan mamalia. Dengan demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generic), sedangkan sapi, kerbau, kuda, keledai adalah kata khusus (spesifik).
Kata umum adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya bersifat umum dan mencangkup bidang yang luas, sedangkan kata yang khusus adalah kata-kata yang pemakaian dan maknanya terbatas pada suatu bidang tertentu. Contoh :
a. Saya ingin menjadi sarjana pendidikan, oleh karena itu sekarang kuliah di FAI UIKA. (umum)
Saya ingin menjadi seorang hakim oleh karena itu sekarang kuliah Fakultas Hukum. (khusus)
b. Orang tua kami anggota Korpri. (umum)
Ibu saya seorang guru SD (khusus).
Pasangan kata umum dan kata khusus harus di bedakan dalam pengacuan yang generic dan spesifik. Sapi, kerbau, kuda, dan keledai adalah hewan-hewan yang termasuk segolongan, yaitu golongan hewan mamalia. Dengan demikian, kata hewan mamalia bersifat umum (generic), sedangkan sapi, kerbau, kuda, keledai adalah kata khusus (spesifik).
F. Kata Konkrit dan Abstrak
Kata yang acuannya semakain mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik. Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak, seperti ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak dan perdamaian.
Contoh:
Kata yang acuannya semakain mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, seperti meja, rumah, mobil, air, cantik. Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak, seperti ide, gagasan, kesibukan, keinginan, angan-angan, kehendak dan perdamaian.
Contoh:
1. APBN RI mengalami kenaikan lima belas persen. (kata konkrit)
2. Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud atau tidak berbentuk)
3. Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.
G. Kata Baku dan Tidak Baku
Kata baku merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Sedangkan kata tidak baku merupakan kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan.
Contoh:
Kata Tidak Baku Kata Baku
Analisa Analisis
Jadwal Jadual
Kata baku merupakan kata yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang telah ditentukan. Sedangkan kata tidak baku merupakan kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan.
Contoh:
Kata Tidak Baku Kata Baku
Analisa Analisis
Jadwal Jadual
H. Pembentukan Kata
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsure serapan.
Ada dua cara pembentukan kata, yaitu dari dalam dan dari luar bahasa Indonesia. Dari dalam bahasa Indonesia terbentuk kosakata baru dengan dasar kata yang sudah ada, sedangkan dari luar terbentuk kata baru melalui unsure serapan.
I. Ungkapan Idiomatik
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena ekonomi bahasa. Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut.
Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatic adalah kata-kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena ekonomi bahasa. Beberapa contoh pemakaian ungkapan idiomatik adalah sebagai berikut.
Contoh:
Mentri Dalam Negri bertemu Presiden SBY. (salah)
Mentri Dalam Negri bertemu dengan Presiden SBY. (benar)
Yang benar ialah bertemu dengan.
Mentri Dalam Negri bertemu Presiden SBY. (salah)
Mentri Dalam Negri bertemu dengan Presiden SBY. (benar)
Yang benar ialah bertemu dengan.
J. Kesalahan yang Sering Ditemukan Dalam Penggunaan Kosa
Kata
Pada bagian berikut akan diperlihatkan beberapa kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihat kan pula bentuk yang benar, yang merupakan perbaikanya.
a. Penanggalan Awalan meng-
Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam berita teks beritanya awalan meng- harus eksplisit. Di bawah ini di perlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Pada bagian berikut akan diperlihatkan beberapa kesalahan pembentukan kata, yang sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis. Setelah diperlihatkan bentuk yang salah, diperlihat kan pula bentuk yang benar, yang merupakan perbaikanya.
a. Penanggalan Awalan meng-
Penanggalan awalan meng- pada judul berita dalam surat kabar diperbolehkan. Namun, dalam berita teks beritanya awalan meng- harus eksplisit. Di bawah ini di perlihatkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Contoh:
Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)
Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
b. Penanggalan Awalan ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering menaggalkan awalan ber-. Padahal,awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Dibawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar)
b. Penanggalan Awalan ber-
Kata-kata yang berawalan ber- sering menaggalkan awalan ber-. Padahal,awalan ber- harus dieksplisitkan secara jelas. Dibawah ini dapat dilihat bentuk salah dan benar dalam pemakaiannya.
Contoh:
Sampai jumpa lagi. (salah)
Sampai berjumpa lagi. (benar)
c. Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-. Padahal, sesunguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-
Dibawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
Sampai jumpa lagi. (salah)
Sampai berjumpa lagi. (benar)
c. Peluluhan bunyi /c/
Kata dasar yang diawal bunyi /c/ sering menjadi luluh apabila mendapat awalan meng-. Padahal, sesunguhnya bunyi /c/ tidak luluh apabila mendapat awalan meng-
Dibawah ini diperlihatkan bentuk salah dan bentuk benar.
Contoh:
Wakidi sedang menyuci mobil. (salah)
Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)
d. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-
Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.
Wakidi sedang mencuci mobil. (benar)
d. Bunyi /s/, /k/, /p/, dan /t/ yang Berimbuhan meng-/peng-
Kata dasar yang bunyi awalnya /s/, /k/, /p/, atau /t/ sering tidak luluh jika mendapat awalan meng- atau peng-. Padahal, menurut kaidah baku bunyi-bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau. Di bawah ini dibedakan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian sehari-hari.
Contoh:
Eksistensi Indonesia sebagai negara pensuplai minyak sebaiknya di
pertahankan. (salah)
Eksistensi Indonesia sebagai Negara penyuplai minyak sebaiknya di perthankan. (benar)
Eksistensi Indonesia sebagai Negara penyuplai minyak sebaiknya di perthankan. (benar)
e. Awalan ke- yang Keliru
Pada kenyataanya sehari-hari kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering di beri berawalan ke-.hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan alam memilih awalan yanga tepat. Umumnya kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (jawa/sunda). Dibawah ini di paparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian.
Pada kenyataanya sehari-hari kata-kata yang seharusnya berawalan ter- sering di beri berawalan ke-.hal itu disebabkan oleh kekurang cermatan alam memilih awalan yanga tepat. Umumnya kesalahan itu dipengaruhi oleh bahasa daerah (jawa/sunda). Dibawah ini di paparkan bentuk salah dan bentuk benar dalam pemakaian.
Contoh:
Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. (salah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. (benar)
Pengendara motor itu meninggal karena ketabrak oleh metro mini. (salah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertabrak oleh metro mini. (benar)
f. Pemakaian Akhiran ir-
Pemakaian akhiran ir- sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran ir- adalah –asi atau –isasi. Di bawah ini di ungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Pemakaian akhiran ir- sangat produktif dalam penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku, untuk padanan akhiran ir- adalah –asi atau –isasi. Di bawah ini di ungkapkan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Contoh:
Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu. (salah)
Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu. (benar)
Saya sanggup mengoordinasi kegiatan itu. (benar)
Sumber:
Disclamaboy.
2012. Diksi : Pengertian dan Macam-macamnya. Disclamaboy’s Blog. http://disclamaboy.wordpress.com/2012/11/02/diksi-pengertian-dan-macam-macamnya/.
12 Oktober 2014. 22:45 WIB.
Samjar.
2013. Diksi (Pilihan Kata). Indonesia Bisa. http://teorikux.blogspot.com/2013/10/diksi-pilihan-kata.html.
12 Oktober 2014. 22:44 WIB.
Wew,
Don. 2009. Diksi atau Pilihan Kata /Kata Baku. Keren. http://donwew.blogspot.com/2009/10/diksi-atau-pilihan-katakata-baku.html.
12 Oktober 2014. 23:48 WIB.
0 komentar:
Posting Komentar